Oleh : Titin AW
Judul : aku, ubi,dan mamak part 1
Bismillah
Sudah menjadi kebiasaan jika hari
akhir pecan aku selalu, maksudku hamper setiap minggu nya pulang kampong. Untuk
sekedar menumpahkan rinduku pada si kecil, maksudku adikku yang masih umuran 3
tahun. Sampai dirumah, kulihat ada sekarung besar ubi di dapur. “ini untuk apa
mak? Banyak sekali ubinya.
“udah 4 hari ini, mamak buat
usaha kripik ubi. Nanti hasilnya, bisa jadi uang jajanmu dan adikmu di pondok.”
Tanpa menunggu perintah aku membantu mamak mengupas ubi-ubi ini. Sedangkan
mamak tetap fokus pada penggorengan. Sampai petang, aku masih saja berkutat
dengan tugas baru rumahan ini. Mengupas ubi, lalu mencucinya. Mengupas gula
merah tipis-tipis. Dan sesekali mengupas ubi dalam bentuk tipis-tipis. Dalam
keheningan, aku berharap mamak tak mengangkat topic menjengkelkan itu.
“masih berteman dekat dengan yang
dulu?”. Nah ini dia, bagaiman mau hijrah dengan tenang anak mamak yang manis
ini, jika tiap pulang kampong pasti terlontar pertanyaan itu. Aku diam, dan
terus saja mengupas ubi madu ini. Tapi mungkin mamak sedikit bisa membaca
keadaan.
“mamak Cuma mau ingatkan,
sekarang banyak sekali kejadian yang membuat kepala mamak pening”
“maksud mamak, kejadian seperti
apa?”
“sekarang banyak gadis, yang
hamil diluar nikah, entah itu dengan pacarnya, pacar temannya, bukan pacar
sekalipun ada. Dan mamak benar-benar mengkhawatirkan mu, takut jika kejadian
itu terjadi pada anak-anak mamak”. Ubi madu nya terdiam memaku, aku menghelaa
napas memikirkan kata-kata yang pas untuk mamak.
“hmm ma, Fira sekarang Cuma mau
cepat lulus, wisuda, cepat jadi dokter, dan bekerja. Dan malas urusin
pacaran,lagian Fira juga gak punya pacar dan gak niat punya pacar.”
“yaa,,mamak Cuma takut, nanti
kamu stress dengan tugas-tugas kuliah mu, kamu diajak teman lawan jenismu
jalan-jalan dan kejadian, lebih baik kalu mau nikah, kamu ngomong sama mamak.
Dari pada melakukan perbuatan haram itu”. Nah, begitu sudah, ujung-ujungnya
bahas nikah, jujur saja masalah cinta,nikah, aku alergi untuk membicarakannya.
“mak, Fira nggak akan kayak gitu”. Boro-boro mau nikah, calon idaman pun gak
ada, dan malas pula mencari calon pendamping, lagipula jika ada yang dating pun
aku tak berminat. Bukan karena apa-apa, hanya saja aku lupa password hatiku.
Dan aku sedang fokus pada satu cinta yang abadi yang tidak semu, tidak pula
bertepuk sebelah tangan.
“nanti jika kamu pilih calon
pasangan, jangan Cuma berdasarkaan cinta, mamak tidak mau kejadian kayak cerita
tante kamu. Menikah didasari cinta saja, gak bakalan bertahan lama. Apalagi
dengan hanya melihat wajah tampan saja. Dan blab la..”. Oh My Rabb mamak masih
saja ternyata membahas tema pernikahan, calon pendamping,hoaamm jujur saja
kriteria saja aku tak punya, bahkan jika tak ada kuota jodoh untukku aku tidak
marah pada Allah, setidaknya jika tak menikahpun aku bisa bekerja, membiayai
sekolah adik-adikku. Ya, mungkin mamak terus-terusan membicarakan pernikahan
karena saudara-saudara sepupu ku banyak sekaali yang menikah mingu-minggu ini.
“iya, mak. Untuk saat ini, Fira
benar-benar belum terpikirkan untuk menikah lah, cari calon pendamping. Biar
Allah yang atur mak, ada nggaknya satu imam buatku. Yang penting Firda dan Ezi
bisa sekolah sampai tanpa hambatan biaya.”aku meneruskan memasukkan kripik ubi
ini ke dalam bungkusannya. Ubi, si saksi bisu atas topik yang meng-alergi-kan
ini mungkin tersenyum, dengan topik yang tak pernah aku berminat untuk
membiacarakannya. Toh bukannya, masih banyak topic menarik yang belum dibenahi,
akidah kita, masalah tauhid, masalah iman kita, serta sejauh mana kita
mengetahui islam. Lalu mengapa selalu saja yang jadi topik hangat adalah JODOH,NIKAH,&
CINTA?
Ups maaf, itu opini ku, mungkin
tidak sepenuhnya benar.
[Aku, ubi, dan mamak part 1]
0 komentar:
Posting Komentar