Bismillah
Catatan ini saya dedikasikan untuk salah
seorang adik sepupu saya.
Semoga brainware-nya sudah diinstal ulang
sehingga apa yang baik dapat diserap dengan baik. Semoga organ pencernaannya
sudah baikan setelah masuknya si pencahar. Semoga hatinya sudah di charge
dengan keimanan, agar racun yang masuk cepat di netralkan oleh bantuan
enzim-enzim hafalan al-qur’an (aamiin – in dong hehe)
Kau tahu? Terkadang apa yang kau alami,
yang kau rasakan menyakitkan sebenarnya tidak seberapa sakitnya. Hanya saja
karna kau menggunakan perasaan, terasa seperti hanya kau yang paling merasakan
sakit itu. Oleh karena itu, banyak text pict di sosmed bilang “kamu pake
perasaan sih, makanya terasa dramatis”
Gak banyak orang yang bisa biasa gak pake
perasaan, tapi keadaan lah yang membuat mereka bisa hidup biasa saja. Tapi kau
harus bisa menjadi salah satu diantara mereka. Masalahnya, kita memang hidup di
era “dikit-dikit drama” tapi ditengah-tengah lingkungan yang “drama no way”. Ya
bisa dibayangkan, hidup yang keras, terasa menyesakkan dada, trus mau
dituangkan trus mau cerita ke siapa gak tau. Gak ada yang bisa ngerti, nyoba
nulis lewat diare eh diary eh malah makin gak ada yang yang bisa memahami. Curhat
yang tepat ya sama Allah dong, saya gak perlu panjang lebar jelasin kenapa
Allah lah yang tepat, sudah banyak orang yang menjelaskannya dalam berbagai
media. Ya curhatnya sama Allah tapi gak perlu dituangkan dalam sosmed, tapi
dimasa-masa mu sepertinya mengaplikasikannya susah. Karena di usia mu, lagi
jaman-jamannya lebay(ya gak usah marah, ini fakta dan Alhamdulillah saya telah
melewati masa jahiliyah bin alay itu). Perlu kau ketahui, lingkungan “drama no
way” bukan yang gak suka nonton drama india, turkey, atau korea. Tapi mereka
yang menjalani segala masalah tanpa bumbu melankolis, jika tidak bisa tetap
tersenyum, maka mereka setidaknya tidak meneteskan air mata. Dan kata “saya
tidak apa-apa” –nya mereka tidak seperti dagelan “nggak apa-apa kok(tapi dalam
hati serasa, hayati capek bang)”.
Pernah lihat petani di sawah ngeluh
update status “ya Allah mataharinya terik sekali, sudah rumah jauh, yang
digarap sawah orang, dengan upah pas-pasan untuk biaya hidup sekeluarga,
ditambah utang semakin tinggi, dengan bunga semakin tinggi, di rumah istri
sering ngomel” ? yang saya tahu, orang-orang yang ingin membangun motivasilah
yang menulis kehidupan mereka para pejuang tersebut. Menuangkan dalam bentuk
tulisan, film documenter atau reality show di tv-tv. Artinya, seberapa berat
masalahmu sehingga harus ditahu orang lain? Apakah lebih berat dari mereka yang
ingin sekali melihat warna-warni dunia tapi yang dilihatnya hanya warna hitam? Apa
seberat mereka yang kerjanya mengumpulkan sampah untuk mendapat sebungkus nasi
dan hanya bisa membatin melihat anak-anak memakai seragam rapi pergi ke
sekolah? Hmm, saya mengerti apa yang ingin kamu katakana untuk menanggapinya. “ya
itu kan masalah mereka, saya juga punya masalah. Setiap orang punya masalah
yang berbeda yang membuatnya terpuruk, lalu kenapa harus dibandingkan dengan
masalah yang saya hadapi?”
Itu benar, saya dulunya pernah berfikir
begitu saat saya hmm merasa hidup itu terlalu sempit terlalu sulit untuk
dihadapi. Tapi saya salah, yang sempit itu hati saya (hati dalam artian abstrak
ya), pikiran, serta motivasi saya. Kenapa kita perlu belajar dari masalah orang
lain? Agar pikiran dan hati kita terbuka, agar motivasi kita hidup kembali. Jika
hidup tidak dapat seperti buku cerita dongeng yang warna-warni. Jadikan ia
seperti komik, tak berwarna tapi tetap saja menarik untuk dibaca. Jangan lihat
rumput tetangga, ya dimana-mana hidup orang lain akan terlihat lebih baik. Sebaik-baik
kehidupan yang didambakan kalau dihabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat
nantinya ya tidak akan berguna dikemudian hari. Sekarang coba bandingkan kertas
bagus, bersih, halus, mahal dan tak berbau tai ayam(ya ini menurut pengalaman,
kertas yang bau nya tidak sedap), tapi tulisan diatasnya seperti tulisan anak
kelas 1 SD, dan kertas yang murah(banget), mendekati jelek, baunya seperti tai
ayam dengan tulisan sangat indah diatasnya. Lebih duluan mana yang kau lirik? Yang
duluan dilihat ya, bukan duluan di bau-i. Tarik kesimpulan sendiri ya!
Jika nanti hidupmu terasa kurang menarik
lagi, simpan saja. Jika tidak bisa disimpan, tuangkan dalam hal yang lebih
positif, seperti menulis kisah hidupmu sendiri atau menggambarkan kisah hidup
seseorang seperti yang kau hadapi tentunya dengan bahasa yang yaah kau tahulah
bahasa novel, cerpen dll. Taruhkan bumbu alay sedikit agar terlihat menarik,
dan taraa jadilah karangan menarik, dibaca orang-orang, esoknya novel dicetak
dengan best seller, diangkat jadi film kan keren, hehe jangan pelit-pelit
mengkhayal, gitu kata ust.Qadir dulu.
Jadi, siapapun yang merasa hidupnya susah
yaa itulah namamnya hidup. “Hidup itu memang keras, kalau gak keras kau bukan
sedang di dunia tapi sedang bermimpi. Kalau bermimpi, ada kejadian, yang
membuatmu merasa takut atau tidak ingin terjadi ya tinggal bangun. Kayak di
film divergent, saat terpojok tidak tahu jalan keluar tinggal atur mindset “ini
tidak nyata, aku harus bangun”
Semoga dapat menuntunmu ke jalan yang
benar, karena masa muda itu indah maka jadikan ia indah. Jangan mengubah
mindset dengan “masa muda itu nyesek bang, adek lelah. Bangunkan adek saat
semuanya berakhir”