Jumat, 27 Desember 2013

Sekeping Hati untuk Zhee

Diposting oleh Unknown di 16.22 1 komentar

Sekeping Hati untuk Zhee
(ratu juga yg buat ni…!bwt ujian bindo)


‘’kesana kemari membawa alamat  ting-ting....
    Namun yang  ku temuai bukan dirinya sayang’’
 
                  Suara merdu Ayu ting-ting mengalun memenuhi udara di kamar bernuansa biru langit itu.sementara si pemilik kamar  sibuk  berkutat dengan fisikanya.  ‘’hoam....capek juga ternyata .’’ ujarnya seraya bangkit dari duduknya lalu memindahkan channel radio tersebut. ’’norak’’  gumamnya sendiri. Ditelaahnya lagu-lagu yang sedang diputar di tiap-tiap  stasiun radio, lama akhirnya pilihannya jatuh pada ‘’thinking of you’’ miliknya katty perry.  Pandangannya pun beralih ke jendela, menatap langit biru yang bersih ’’ pagi dunia...’’  sapanya pada hari sambil membuka kedua daun jendelanya.

 Liburan masih belum usai, tapi dirinya sudah bosan dengan aktifitasnya yang sepi, ia rindu pada kawan di teather angkasa.Ia rindu pada perpustakaan sekolah. Ia juga rindu  pada ruang sekretariat mading sekolah.  Ia rindu pada aktifitas-aktifitas yang slalu memenuhi jadwal hariannya. ’’Kapan liburan usai??’’ batinnya bertanya. Ditatapnya  kembali langit biru yang kini mulai terhias awan.  Ia tersenyum samar.’’aku harus bergegas kalau tak ingin terlantar’’ujarnya tiba-tiba.

 Di bawah...kehidupan sudah mulai terlihat dari pukul 06.00.tadi nyonya Arsy sudah menyiapkan sarapan.Tuan Ardinan sudah menyiapkan mobilnya untuk bertugas.begitu pula dengan Aldi ...anak sulung  keluarga Drajat. Ia sudah mulai menyiapkan diri untuk hiking bareng teman-teman  kuliahnya.
      ‘’’Ma zhee pergi!serunya dari atas tangga tiba-tiba.
       ‘’zhee...sarapan  dulu!’’  seru nyonya Arsy tak kalah nyaringnya.
       ‘’ntaran ma! disisain aja. Zhee pergi!’’ serunya tanpa sempat berpamitan pada kakak dan juga papanya. Mereka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku zhee ‘’ mulai deh sembrononya’’ gumam Aldi
                                                                        J                  J                            J

Jalanan  masih sepi hari itu  memang masih musim liburan. Tapi jalanan tak seramai yang perkiraannya. Perjalanannya hanya ke tujuan pun bebas hambatan. Segera ditunjukan kartu anggotanya begitu ia diperbolehkan masuk.dicarinya  tempat duduk favoritnya, setelah menemukan tempat  duduk yang dicarinya, ia segera mencari buku-buku yang ingin dibacanya’’ aku bukan malaikat yang slalu di sampingm /mendengar semua hasrat di hatimu //’’suara vokalis nano band  dari black berry  milik zhee terdengar pelan tapi cukup membuatnya jadi pusat perhatian. Dirogohnya saku skirtnya untuk menghentikan senandung sendu nano.dan ternyata itu sms dari Reinald.

                       ‘’lagi  dimana??” gue mau ke rumah.

           Segera dibalas  memberitahukan tempat dirinya sekarang.
-delicio- tulisnya sebelum mengganti profil black berry-nya dengat mute. Dan sekarrang zhee sudah memeluk 5 buah dalam satu tumpuk. Entah  habis atau tidak, yang jelas ke-5 buku itu adalah buku-buku yang diicarnya saat ini. Begitu tiba di tempat duduuk favoritnya, ia sudah mendapati breakfast-nya tersedia. Dibacanya buku pertama sambil menghabiskan sandwich tuna-nya dengan khusyuk.
     ‘’kalo mau  makan tuch  makan aja nggak usah sambilan! Ujar seseorang di hadapannya sambil menarik  paksa buku yang sedang dibaca zhee.
        ‘’ah....rese’ loe. Baru mulai nih lagian gue juga dah biasa kale’’  jawabnya ketus seraya mennjulurkann tangannya berniat unntuuk menarik buku kedua  tapi belum sempat ditarik olehnya reinald  lebih dulu menarik tumpukan buku itu ke hadapannya.
           ‘’reinald rese’! ujar  Zhee  “loe tuch. Ngomong-ngoomong....gue nggak ditawarin sarapannya???  Tanya reinaldd iseng
          ‘’pesan aja sendiri!siniin buku gue! ujar  Zhee.  ‘’nggak... sebelum loe yang mesenin breakfast buat gue’’  jawab Reinald
      ‘’untung aja loe sobat gue. Lok nggak...dah gue timpuk pake sendal gue’’ ujarnya masih ketus‘’ makanya....pesenin nggak??  Ntar gue yang bayarin dech...’’ pinta Reinald lagi. ‘’iya...iya....loe mau apa?? roti bakar sandwich...or anything else?? ’’ tanya Zhee  layaknya seorang waiters.
       ‘’ green sandwich, minumnya mocha aja deh mbak’’ jawab Reinald asal.  ‘’Fhe!!!’’  seru Zhee begitu Reinald selesai menyebutkan pesanannya.
       ‘’ what’s up Zhee...??? tanya re menghampiri keduanya.
       “ nich...si tuan songak mau pesen green sandwich ma mocha” sebut Zhee simple.
       “ ah...masih aja loe berdua kayak minyak ma air. Gak pernah kompak omongannnya.”  Ujar sambil menahan tawanya.
       “ dia minyaknya gue airnya” serbu Reinald cepat yanng dibalas tatapan tajam Zhee. Reinald tersenyum menang.  Fhe hanya  tertawa melihat keduanya.
       “ tunggu bentar....nanti gue akan balik kesini membawa pesanan loe ” ujar Fhe pada Reinald seraya meninggal kedua dengan tawa.  Sementara Zhee masih gondok pada Reinald.
       “dah...baca ja tuh buku. Nggak usah manyun-manyun segala!” ujar Reinald santai
       “sewot amat loe.”  jawab Zhee ketus. Reinald hanya tertawa tertawa melihat ekspresi muka Zhee yang kayak gitu. Membuat Reinald geli untuk menggodanya lagi.
       “loe tuh lok ketemu ma orang bukannnya nanya kabar kek,apa kek,eh...ni malah diketusin”  ujar Reinald sambil mengambil buku pada tumpukan paling atas.
       “ngapain nanya orang biasanya loe bakal ngejelasin sendiri kronologinya” ucap Zhee tanpa mengalihkan pandangan dari buku di hadapannya. ”oh....gitu ya. Amnesia nih kayaknya” balas Reinald mencoba melucu         
   “garing!” ujar Zhee singkat. Reinald hanya mengulum senyum. Ia lupa kalau kawannya yang satu ini adalah seorang kutu buku baru saja ia mau menjahili Zhee tiba tiba saja getaran lembut mengagentkannya .
      ”ya ma....” ujar Zhee begitu black berry miliknya menempel di telinganya. ” iya...ne Zhee lagi sarapan. Gak apa apa...tinggalin  aja. Ntar Zhee bakal ngerapiin kok.Iya..iya..dah mama...” ceracaunya
     “mau kemana??”  tanya reinald tiba-tiba. ”gak kemana-mana” jawab Zhee simple sambil menekuni kembali buku dihadapannya. ” maksud gue...nyokap loe mau kemana?”  “ oh...nggak penting” jawab Zhee masih simple.
Hening...reinald kehabisan kata-kata. Zhee lupa sekitar kalau sudah membaca bahkan...sandwich tuna favoritnya masih belum dihabiskannya green tea di sedari tadi di hadapanya pun tak disentuh. Ia sudah kenyang dengan buku rinal hanya bisa geleng-geleng kepala memperhatikan gadis tomboi di depanya
“nich...’’ sodor re dihadapan Reinald. “ kali ini gue nggak bisa ngobrol bersama kalian
 Dech. Soalnya kateringnya lagi banyak, dan kita lagi kekurangan orang di belakang. So...gue tinggal ya??” tanya Fhe pada keduanya. Zhee masih tidak bergeming, Reinald yang menyadarinya langsung menyahut tanpa mengalihkan pandangan dari  Zhee. ” ok..next time khan masih bisa” jawab Reinald.
“Kalau gitu..selamat menikmati” ujar Fhe seraya meninggal kedua sahabatnya
      “Zhee....” panggil Reinald pelan.
      “hmm....” jawabnya acuh tak acuh
“buka mulut loe!!! perintah reinald masih pelan. Gadis dihadapanya menurut tapi pun dengannya masih terfokus pada buku yang digelutinya. Reinald memasukkan potongan kecil sandwich tuna milik Zhee yang belum sempat ia habiskan. Bak robot, mulut Zhee langsung tertutup begitu potongan sandwich tuna itu masuk ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya.
  “loe tuh...kalau dah membaca semuanya dilupain” gumam Reinald sambil menikmati green sandwichnya tapi cukup menyadarkan  Zhee beberapa detik, sebelum akhirnya kembali fokus pada buku dihadapannya.    

                                                   J                         J                    J

“wah...sorry Fhe...Zhee....gue da janji ma liana.kalian lanjutin aja JJSnya,ok??  ” ujar reinald dari seberang  Zhee menatap Fhe  meminta keputusan.
“ya udah kalau gitu. Sorry ganggu” jawab Fhe
“ fine...gue yang salah nggak kasih tahu sebelumnya kalo’ dah punya janji” ujar Reinald lagi   
“iya...nggak apa apa...dah ya, ntar keburu rame nich disto-ya” jawab Zhee kali ini
“yupzz..titi dj ! see you!” balas Reinald
“ya...too...” balas keduanya berbarengan kemudian  memutuskan  komunikasi singkat itu.
“jadi,,,?” tanya Fhe pada Zhee yang masih memandang  hampa BB- nya
“jadi apa??” tanya Zhee balik
“ya,,,jadi gimana ma JJS kita??”  “lanjutin dah kita sudah di tengah jalan gini juga”  ucapnya kemudian melangkah menuju Distro tujuannya. Zhee mengerti keadaan Reinald tapi ia benar-benar hampa .Tak ada lagi yang menjahilinya kalau pun ada itu disela-sela waktu Reinald dengan Liana. Semenjak itu pula, mereka juga  jarang keluar bertiga  
                                                     J                      J                        J       

                       “Zhee ditunggu Reinald!” seru Aldi pada adik semata wayangnya, dan tanpa berkata apa-apa kepada sang kakak ia pun pergi menghampiri Reinald.

“ada angin apa loe jemput gue??  Biasanya juga jemput si liana atau,,,jangan-jangan ada masalah nih ma dia ? tebak Zhee yang dibalas senyum samar Reinald . 

“Tau aja....” ujarnya 

“Yaelah ....loe udah berapa tahun kenal gue ? lama banget kali Nald ! “ ujar Zhee.
“ Terus ada apa ? ” tanya Zhee kemudian to the point “
“She is childish !” ujar Reinald simpel yang membuat Zhee tertawa . 
“ Kenapa ketawa ?” tanya Reinald .
“Loe kok baru nanya dari sekarang ? Liana memang childish lagi “  Ujar Zhee disela tawanya “ 
“she isn’t childish before ! ” tukas Reinald  .
“Ooo....i see....so...the complacation?” tanya Zhee kalem 
“Manja! loe taukan gue gak suka orang kaya gitu, apa lagi....dia suka nambek tiba – tiba gimana gue gak kesel coba! “ tutur Reinald.
“Ya.....ya....entar gue kasih tau Liana deh , i think she just kidding . Only a joke !” jelas Zhee tenang .
“Bercanda? loe gila? loe pikir gue anak kecil dikibulin gitu? ”tanya Reinald yang tiba-tiba dengan suara tinggi . 
“Waits....calm down ....its just my opinion , siapa tau bener entar deh gue omomg keorangnya . Akhir-akhir ini dia memeng rada jutek gitu “ terang Zhee pelan moncoba menenangkan Reinald . 
“Zhee ....gue capek tau ngertiin dia melulu, sekali aja dia ngertiin gue napa sih “ masih dengan nada yang sama .
“Tau gak .... apa kata ad band tentang wanita? “ ujar Zhee menyela yang dijawab dengan gelengan oleh Reinald .
“Karena wanita ingin dimengarti ....” tutur Zhee yang cukup  membuat Reinald makin gondok .  Zhee tersenyum menang .
“Zhee....gue serius! dia gak kaya dulu, bawaannya main-main terus, seenaknya bilang break, entar tiba-tiba dia bilang bercanda . Apa sih maunya ?”  tutur Reinald masih dengan nada yang sama . Zhee hanya tersenyum menaggapinya.
“Mungkin dia cuma main-main, dan bercanda “ terang Zhee lagi.
“Zhee....dalam pacaran itu gak ada istilah bercanda “ ujar Reinald ketus . 
“Emang loe suaminya ?” tanya Zhee tepat sasaran . Reinald yang ditanya hanya bisa diam membenarkan “ kalau bukan ....udah biarin aja. Baru pacaran udah kaya suami istri “lanjut Zhee ” udahlah....mungkin cuma bentar entar juga blik lagi kaya biasa. Namanya juga cewek, yuk turun ! “ ajak Zhee yang membuat Reinald sadar bahwa mereka sudah tiba disekolah. Percakapan mereka membuat Reinald menjadi emosi,  juga membuatnya lupa kalau hari masih pagi dan ia masih harus belajar .  Zhee benar ia bukan suami Liana. Tapi salahkah ia? 
Zhee masih menatap Reinald dengan senyum simpulnya.  Entah apa yang membuatnya seperti itu, masakah Reinald dengan Liana atau karena ia dapat melihat ekspresi  Reinald lebih lama dari sebelumnya, ia juga tidak mengerti, ada yang lain ketika Reinald meny ebut nama Liana walau dengan nada tinggi. Apa dia jatuh cinta padanya, tanya hati kecil Zhee yang membuatnya mengeleng menolak mengakui . 
“Reinald, kita udah nyampe! “ menyadarka kawan baiknya itu .
“Oh iya thanks buat solusinya, loe emang benar ....”ujarnya mengambang lalu keluar bersamaan . Jangan sampai ....harap Zhee pada hati kecilnya .

J                J                 J



Rumah yang ditempati Zhee masih sepi, tapi kamar atas sudah dipenuhi dengan alunan musik romantis, ia sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya. Memang....sudah berapa hari ini Ia, Reinald ,dan Fhe jalan barang. Yah semenjak Reinald punya komplik dengan Liana mereka sering hang out barang. Semenjak ia lupa kalau Reinald sudah punya Liana. ” Tapi siapa yang peduli? mereka sedang break jadi apa salahnya ia senang”  ujar hati kecilnya saat itu .

“.....mengagumi tanpa dicintai ....” sepatah kata Pasha menyadarkan Zhee tentang  perasaannya . Ia akui bahwa dirinya mengagumi Reinald tapi tidak begitu dengan Reinald.

“ Tak mengapa bagiku....  
mencitaimupun adalah bahagia untukku .....bahagia untukku ....
kuingin kau tau diriku disini menanti dirimu ....
meski ku tunggu hingga ujung waktuku 
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya....”
Zhee tersentak dari lamunannya pipinya basah karena tangis, Pasha benar, ia menyadarkannya bahwa dirinya mencintai Reinald. Salahkah? terlalu banyak yang banyak membuktikan rasanya pada Reinald. Kemarahannya ketika Reinald jadian dengan Liana. Kehampaannya ketika Reinald tidak dapat hang out barang dirinya dan Fhe . Dan kegembiraannya ketika tau bahwa Reinald sedang break dengan Reinald . Salahkah bila ia menyukai Reinald ?
J                   J                   J

Fhe memendang wajah buram  Zhee ketika sarapan dikantin. Mangkok bakso dihadapannya sudah dingin dari tadi, baksonya masih utuh hany es jeruk yang diaduk-aduk tidak jelas. “ Zhee....loe kerasukan apa semalam sampai tak nyentuh tu bakso . Kasihan duit loe “. Ujar Fhe memecahkan keheningan Zhee hanya menggeleng . 

“Eloe tuh....mentang –mentang lagi banyak duit bakso semangkok loe biarin pancing Fhe lagi “

“Makan aja kalau mau gue lagi malas “ jawab Zhee datar ia masih bingung dengan perasaannya . Menangumi seseorang yan terlalau jauh untuk digapai. Fhe  hanya memendang heran, keningnya semakun berkerut .
“Leo kenapa sih suntuk bangat. Hari ada MTK biasanya loe senang kalu ada pelajaran Pak Andi” tanya Fhe lagi.
“I’m fine Re....udahlah, gue mau kekelas entar gue yang bayar “ ujar Zhee malas sambil meloyot pergi meninggalin Fhe yang masih bingung dengan sikapnya.  Zhee tak tau harus bagaimana dihadapan Fhe, Ia tidak ingin Fhe tau tentang perasaanny pada Reinald tapi ia tak mungkin menyembumyikna hak ini dari Fhe. Ia tau setiap gerak geriknya sudah dipahami Fhe lalu apa yang dapat dilkukannya sekarang?  merubah sikapnya atau tetep seperti biasa?  ia menghela nafas panjang, seolah masalahnya sebesar  gunung. Ditatapnya nanar langit biru itu tanpa ekspresi, ini tidak bisa dibayangkan, gumamanya tak jelas ambil menyusuri koredor utama sekolah dengn galau. Apa yang sudah dilakukannya ?”
Sudah dua minggu ini  Fhe tidak melihat Zhee, begitu pila Reinald. Walupun mereka melihatnya, pasti  Zhee akan menghindar. Berpapasan dengan mereka saja Zhee langsung menunduk. Sms dari keduanya tidak pernah dibalas begitu pula dengan maised call yang tidak dijawab. Prubaha sikap Zhee cukup memebuat mereka khawatir  tentang keadaan Zhee walaupun Liana mengatakan Zhee baik – baik saja, tapi ia tetep cemas. Zhee sudah dianggapnya saudara sendiri begitu pula dengan Fhe mungkin  Reinald anak tunggal dan ia kesepian.  Jadi keberadaan Fhe dan Zhee sudah seperti saudara sendiri . 
Sudah beberapa kali dihubungi orang –orang rumah dan mas Aldy , kakak Zhee tapi jawaban yang rumah Zhee. Dan hal ini, keduanya sepakat untuk menemui Zhee seusai makan malam. Reinald sudah menunggu Fhe dari tadi didiepan pagar milik keluarga derajat .
“ Loe siap ?” tanya Rinald begitu Re tiba dari zaman kodok gue juga udah siap kali ‘.  jawab Re .
“Oke kita masuknya samaan” ujar Reinald  
“Loe tu kaya orang mau merampok aja biasa aja kali “ ucap Fhe santai.
“Oh ya...balas”  Reinald malu-malu. Keduanya menunggu didepan rumah mewah itu setelah memencet bel seorang wanita paruh baya keluar dari pintu rumah tersebut .
“Eh...den Reinald, non Fhe masuk, masuk. Maaf den, non tadi lagi sibuk dibelakang ujar pembantu tersebut ramah “
“Zhee adakan bi’ ? ” tanya keduanya bersamaan yang dijawab anggukan oleh si bibi. 
Dugaan mereka benar, Zhee keluar dengan wajah heran tapi segera dirubahnya ekspresi wajahnya tersebut begitu ia tau yang mencarinya adalah kedua sahabatnya .
“ Ada perlu apa “ tanya Zhee datar tanpa melihat keduanya .
“Penting buat Loe gue sama Reinald “ jawab Fhe to the point .
“Dalam hal apa?” tanya Zhee lagi masih dengan nada malas .
“Sikap loe berubah gak kaya dulu “ kita salh apa sama loe “ kali ini Reinald yang berbicara. Walau hanya sepersekian detik ekspresi wajah Zhee berubah lalau kembali. Lalu keduanya menagkap ekspresi dari wajah Zhee . 
“Ku gak papa, Cuma lagi bosan aja main sama kalian “ jawabnya simple 
“sejak kapan loe bosan ama kita , biasanya,loe yang ribut-ribut yang nyari kita dirumah “ ujar Reinald yang dibenarkan Fhe, Zhee hanya menghela nafas .
J                          J                           J

Zhee menangis dikamarnya , gedoran dan panggilan tidak dihiraukannya , batinnya masih menangis. Setelah kunjugan dua sahabatnya tadi, Zhee hanya terdiam dia sudah menduga dari sebelumnya tapi yang ia tak sanka – sangka adalah ucapan Reinald bahwa ia mencemaskannya karena kehilangan seorang sahabat tapi kehilangan saudara . 

Zhee mambenamkan kepalanya dibantal agar tangisnya tidak terdengar batinnya semakin sakit ketika reinald mengatak bahwa Fhe dan dirinya adalah saudara. Batinnya makin terasa sakit tapi ia tidak menunjukan itu dihadapan kedua sahabatnya itu. Sahabat yang selama ini selalu ia pertimbangkan untuk Reinald  karena ia mengininkan lebih dari pada itu tapi ternyata Reinald hanya menganggapnya sebagi  sahabat  tak ada yang salah dari keduanya Re atupun Reinald. Hanya dirinyalah yang menyadari lafadz yang tersimpan. Hanya dirinya yang terlalu jauh mengartikan  senyumannya.Satu pinta zhee sebelum membuka mata esok hari, ia ingin semuanya kembali  seolah tak ada apa- apa. Rasa, kejadian dan semua masalah yang ada. Satu pinta yang  sangat diharapkannya. Agar  ia tak perlu merasakan ini, agar rasanya tidak sesakit ini. Harapnya.......

                                                     J                         J                           J 



“Kalian !!! yang bertiga dibarusan belakang, maju!” Perintah seorang senior kepada tiga remaja yang masih tertawa .

“Apa yang kalian tertawakan?”  tanya senior itu.
“Gak ada kak!” Jawab ketiganya serempak.
“Lalu.....” Desak senior itu lagi.
“Cuma kertas kecil yang menempel dibaju  belakang kakak! Ujar salah satu dari ketiganya. Kontan seluruh korban mos yang sedang dijemur, tertawa membaca kertas kecil yang menempel dipunggung senior .
“Sudah diam kalian, atau hukuman kalian akan bertambah! “ ujar senior yang lain menenangkan . Korban – korban mos tersebut langsung terdiam , tak ingin hukuman mereka ditambah. Tiga orang remaja yang masih berdiri didepan juga ikut terdiam. Tapi ketiganya masih tersenyum geli.
“mmm...meskipun ku tak dapat memiliki Reinaldi sebagai kekasih tapi dia selalu ada untukku sebagai sesosok sahabat yang siap menampung air mataku,,,,sesederhana itu,,,” gumam zhee dalam hati masih tersenyum bahagia.

Penantian Tak Berhujung

Diposting oleh Unknown di 16.18 0 komentar

Penantian Tak Berhujung
oleh: Maharani

Angin itu berhembus kencang menerbangkan debu-debu dan dedaunan kering di jalanan, ia bagaikan orang yang tak mempunyai semangat hidup lagi , ia merasa hidup di dunia tak berpenghuni, rambut indah yang ia miliki kini terbang ria bersama debu-debu jahat yang membuat rambut indahnya kini menjadi lusuh, kulit putihnya kini kusam, terlebih lagi sinar matahari yang menyengat kulitnya. Akan tetapi ia tak peduli untuk hal itu saat ini ia pun tak tau kemana arah tujuan langkahnya yang lemah lunglai tak tau arah , air mata yang mengguyur pipi yang kusam kini sedikit terlihat putih karna basuhan tangan dan air mata yag sedari tadi mengalir “kenapa semua ini harus terjadi …kenapa???apa salahku …apa aku kurang perhatian sama kamu, apa aku kurang cantik buat kamu , apa aku kurang pintar buat kamu, apa aku kurang kaya buat kamu, apa kekuranganku?????

apa ada orang ketiga yang dapat menggantikan posisiku di hatimu???”. Hatinya brgejolak dengan pertanyaan- pertanyaan yang kini muncul di benaknya, ia tak tau apa yang harus di lakukan, kaos ungu yang ia kenakan kini setengah basah, pundaknya kini naik turun  ia tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan yang tak tentu arah, tubuh semampainya kini telah bersandar di depan tiang lampu lalu lintas, semua pengendara yang saat itu sedang menuruti perintah si bulat merah di jalan tertuju padanya. Entah orang mau berkata dia gila atau apalah ia tak peduli yang ada di dalam benaknya hanyalah apa yang membuat kekasih hatinya melepaskannya dari hubungan yang telah di bangun selama 3 tahun belakangan ini. Ia tertunduk  lemah  di pingir jalan memeluk kedua lututnya, dari  kejauhan terlihat seorang laki-laki turun dari BMW hitam kinclong berjalan cepat kearahnya “Na…” nama singkat itu keluar dari mulut laki-laki bertubuh atletis berkemeja dongker garis-garis dan celana hitam kulot, sepatu kinclong kantor. Mendengar namanya disebut ia sedikit mendongak berharap kekasihnya hadir kembali, akan tetapi harapan itu nihil ternyata laki-laki itu adalah salah satu karyawan papanya “Arvina…”ucap laki-laki itu kembali, ya Arvina nama gadis  itu. Arvina tak berekspresi sedikitpun melihat kehadiran laki-laki itu… tapi terlihat jelas dari tampangnya yang urak-urakan dan air mata yang masih mengalir deras bahwa gadis itu dilanda kesedihan “Na ..ngapain di sini, kamu sakit..???” tanya laki-laki itu tapi tak ada jawaban yang terlontar dari mulut tipis Arvina ia hanya memandang sejauh mata memandang berharap kekasihnya datang mengejar kepergiannya “Na.. ikut pulang yuk..,’’ tawar Bagas ,,ya Bagas nama laki-laki itu. Tawaran Bagas tak menerima respon juga, akan tetapi Bagas tau kalo anak direkturnya  sudah ngambek butuh waktu lama untuk mengembalikanya seperti semula maka dari itu tanpa pikir panjang Bagas langsung mengangkat tubuh semampai itu kedalam mobil karena si bulat merah telah di gantikan saudaranya si bulat hijau bersamaan dengan bunyi kelakson mobil di belakang mobil Bagas berbunyi nyaring tak sabaran ingin melanjutkan perjalananya.
***
    “Na…buka pintunya sayang udah tiga hari kamu nggak  makan’’ bujuk wanita separuh baya yang kini berdiri di depan pintu krem yang menjulang tinggi terkunci rapat “kalo kamu ada masalah kasi tau Mama sayang’’ bujukan-bujukan Mamanya tak satupun di dengar ia hanya memandang bingkai yang di dalamnya terdapat foto Davin, sang mantan kekasih hati yang begitu sangat ia cintai yang baru tiga hari ia putus tanpa alasan yang jelas …itulah yang tak bisa di terima Arvina, ketika ia sudah mulai mencintainya setulus hati segenap jiwa dan perasaannya yang begitu mendalam, tiba-tiba Davin memutuskanya tanpa alasan yang jelas …”Na …ini mama , mama kangen mau liat senyum riang kamu, wajah cantikmu, tolong buka pintunya sayang’’ bujukan itu entah kesekian kalinya ia masih tetap dengan posisi semula hingga sampailah bujukan terakhir  “Na… apa kabar dangan Davin ,? kalo ada masalah dengannya biar Mama bantu menyelesaikannya’’ pegal mulai melanda kaki ramping Mamanya dan  ingin beranjak pergi dari sana, akan tetapi langkah itu tertahan karna terdengar suara kunci terputar membuatnya berbalik lagi dan dilihatnya Arvina yang begitu lusuh, kering, tak bersemangat lalu di peluknya anak semata wayangnya itu dengan erat dan penuh rasa kasih sayang .Di giringnya Arvina ke ranjang yang begitu berantakan “Na…sekarang kamu cerita sama mama, kenapa kamu sampe kaya orang gila di jalanan dan di bawa pulang oleh anak buah papa ’’ pinta Mamanya sambil mengelus kepala Arvina di atas pangkuanya “Ma..mungkin Mama akan tertawa mendengar kenapa Arvina jadi begini …Arvina Cuma gak bisa nerima kenyataan kalo Davin udah mutusin Arvina padahal Arvina masih sayang sama Davin dan dia mutusin Arvina tanpa alasan yang jelas ’’ jelas Arvina ditemani dengan air mata membasahi pipi lembutnya “ohhhh……jadi itu yang membuat anak mama gk mau kuliah and beraktivitas seperti biasanya ????? huuuu..sayang walaupun begitu kamu gk boleh dong menyiksa diri sendiri dengan gk mau makan,beraktivitas  itu malah akan membuat kamu tambah sakit ,,,coba mulai sekarang bangun semangat baru …hidup baru,,,dan satu lagi kalo memang kamu masih penasaran dengan alasan mengapa Davin mutusin kamu , cari dia dimanapun ia berada dan hadapi dengan tegar apapun alasanya ,,pokonya arvina gk boleh cengeng di hadapan davin ’’ advice mamanya membuat Arvina bangkit dan mengapus sisa air matanya semangat berkobar di benaknya dan tanpa menghiraukan mamanya Arvina langsug beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh yang sudah tiga hari belakangan ini ia abaikan.Wanita paruh baya yang berpenampilan modis apalagi buat kalangan ibu-ibu itu hanya bisa tersenyum geleng kepala melihat tingkah anaknya yang kurang lebih dua bulan belakangan ini masuk universitas ternama di Jakarta yang masih bertingkah seperti anak masih SMP.  
***
      Satu minggu tak terasa ia jalani hanya untuk mencari dimana mantan kekasihnya yang kini tak muncul kembali bagai di telan bumi , teman akrab, keluarga , sepupu , teteangga telah ia telusuri untuk maencari tau Davin ada di mana , akan tetapi pencarian selama satu minggu itu nihil.Suatu hari dimana ia begitu cape dan putusasa mencari tau keberadaan Davin. Arvina beristirahat sebentar di sebuah lestoran sampig rumah sakit “PERSADA” Arvina sengaja mengambil meja dekat jendela kaca supaya dapat melihat orang berlalu lalang di jalanan supaya dapat menghilangkan kebosanannya dan ,,,kini tatapanya lurus kearah jalan ditemani pikiran-pikiran yang berkecamuk di benaknya membuat wajah cantik itu tak berekspresi ,,,higga akhirnya sang pelayan mengantarkan pesanan tapi ia tak meghiraukan pelayan itu  tiba-tiba raut wajahnya berubah kaget dan langsug berdiri karna samar-samar ia melihat sesosok Davin keluar dari rumah sakit persada itu sambil membawa amplop coklat berukuran besar , tampa piker panjang Arvina langsung berlari mengejar sosok tersebut ditemani suara teriakan menyebut nama Davin berulang kali ,,,hingga suara itu mampu membuat seorang laki-laki yang hendak memasuki sedan merah itu terhenti karna mendengar namanya di sebut .Arvina lagsug mematug ketika sosok itu kini berbalik dan benar saja dia adalah Davin yang di carinya selama ini ,,,wajah dua insan itu kini bertemu pandag dengan jarak yang sedikit jauh,,,Arvina mematung bagaikan zombie entah rasa apa yang kini mengeluti  hatinya bahagiakah karna telah melihat Davin di hadapanya lagi ,,atau sakit hati  karna di tinggal pergi????tatapan Arvina buyar karna Bagas yang tiba-tiba datang dari belakang menyapanya”na …ngapain di sini?” peratnyaan Bagas membuat tatapan Arvina berpaling ke arahnya “eh…Cuma nunggu temen , ka Bagas sendiri???”Arvina mlontrkn prtnyaan balik “temenin adek chek up” jawaban singkat Bagas tak di respon karna arah pandangan Arvina kini tertuju pada Davin yang kini sudah masuk ke dalam mobil “na…tunggu temen di dalem aja sekalian makan!!!!!”tawar Bagas perhatian , tapi tak ada respon dari Arvina ia hanya fokus pada mobil sedan yang kini berusaha keluar dari arena parkiran (na ..mogga ka Bagas adalah orang yang terbaik buat kamu) ujar Davin dalam hati ketika melintas di hadapan Arvina dan Bagas mengunakan sedan merahnya ,,,pandagan Arvina masih mengekori sedan merah yang kini pergi begitu saja yang berarti membawa Davin pergi jugga ,,,krtika ia sadar atas kepergian Davin tampa basa basi Arvina langsung berlari mengejar sedan merah itu tampa menghiraukan Bagas sedikitpun ia tetap berlari memangil nama Davin berulang kali di sertai hujan air mata ,,,Davin sedikit melirik kearah kaca sepion mobilnya ia tak kuasa melihat mantan pacarnya yang hingga kapanpun masih ia sayangi berlari sesekali tersandug dan bagkit lagi mengejar ke pergiannya .Ciiiiiiiiiiiiittttttttttt…………..suara rem mendadak itu berasal dari sedan merah yang kini berjalan mundur medekati langkh Arvina yang sedikit lagi ambruk ,,,dengan sigap Davin keluar dari mobil dan langsung menopang pundak Arvina yang lima jegkal lagi bersatu dengan aspal jalanan “na…kamu gk perlu ngelakuin semua ini,,,kamu gk perlu menyiksa diri seperti ini,,,asal kamu tau sampai kapanpun aku akan selalu menyayangi  kamu hingga kapanpun ,,,tapi untuk saat ini aku gak bisa nemenin kamu ,,dan aku gk bisa mempertahankan hubungan kita’’ jelas Davin panjang lebar yang membuat air mata Arvina semakin deras “vin aku mohon jangan tingalian aku…,aku sayang kamu” ujar Arvina, nasehat mamanya tak ada satupun yang di ingat ia begitu lemah “na..aku juga sayang sama kamu, tapi aku gk bisa meanljutkan hubungan kita” “lalu apa alas an kamu mutusin aku vin ,apakah ada gadis laiii???” perkataan Arvina terhenti karna jari Davin kini mengonci mulutnya”na…suatu hari nanti kamu pasti mengerti” jawab Davin sambil mengapus sisa air mata Arvina yang sedikit reda dan mengajaknya bangkit dari aspal abu ke hitam hitaman itu “na…percayalah aku akan selalu ada di sisimu, menjaggamu, bersamamu, hingga kapanpun “advice Davin membelai rambut lurus sepunggung Arvina dan mendekapnya dalam pelukan hangat .Tak lama setelah itu Bagas datag menghampiri tapi ia tak berkata apa- apa karna telah mendapat aba- aba dari Davin untk tidak mengangu ,,,,tak enak hati pada Bagas Davinpun mengendorkan pelukan yang akhirnya lepas barulah Davin  memberi aba-aba dengan sebuah angukan yang berarti bawa dia pergi darinya  pada Bagas .Kini sedan merah itu melaju kencang tanpa ada yang menghalanginya.
***
  Warna putih kini memenuhi pelupuk mata sejauh mata memandang warna itu selalu hadir.Di dalam ruangan yang berbau obat-obatan itu Davin  terbaring lemah dengan kabel berwarna warni tersambung ke tubuhnya yang terlihat kering nan kurus , sudah dua mingg ini ia bearbaring di ruang fif A rumah sakit Persada itu .Davin hanya bisa bergerak dan berbicara secukupnya …wanita separuh baya yang selalu menemaninya masih semangat membujuk anak sulungnya dari dua bersaudara itu untuk makan”vin kamu harus makan ….belakangan ini kamu gk pernah mau makan , gimana mau sembuh,,,”adevic mamanya megajugkan sendok berisi bubur ayam kesukaan Davin “ma walaupun Davin makan satu baskom juga gk bakalan bisa nambah umur Davin yang tingal sebentar ini” ujar Davin menyungigkan senyum tanpa harapan “vin kamu harus percaya kalo allah akan memberikan mujizat kepada kamu ” “ma ,,papa dan abag kemana?? Davin kangen  siapa tau Davin terakhir kali melihat papa dan abag” ujar Davin mengalihkan pembicaraan …mendangar prkataan Davin tanpa disadar wanita paruh baya itu meneteskan air mata haru dan tak sangup bila ia kehilangan anaknya``ma…kenapa mama menangis ?? Davin gk mau liat mama sedih ” pinta davin mengapus air mata mamanya yang mengalir membasahi pipi lembut itu .”vin kamu gk mau kalo Arvina datang menjenguk kamu ??” tawar mamanya brusaha membgkitkan semangat Davin…karna hanya Arvinalah yang mampu membuat Davin bersemangat hidup setelah pihak rumah sakit menetapkan bhwa ia mengidap kangker otak “ma Davin gk sangup melihat cewek yang Davin sayangi menitiskan air mata gara- gara melihat Davin yang sebentr lagi akan mati ” jelas Davin melempar pandangan ke luar jendela kamar “vin kalo emang kamu gk mau , mama gk bakaln maksa kamu sayang”dukug mamanya membelai rambut Davin yang hitam terawa``ma…Davin minta tolong jika suatu saat nanti Davin gak ketemu sama abang , tolong sampaikan padanya , jagga Arvina dengan baik, bahagiain dia demi Davin ” mamanya hanya bisa mengangukan kepala menitiskan airmata mendengar pesan -pesan terakhir Davin.
***
     Pagi yang sepi alam tak secerah hari biasanya ….hari dimana semua pegawai cuti dan berlibur dengan keluarganya tapi berbeda buat Arvina ketika ia terbangun dari tidur raut wajah yang di gambarkan sudah gelisah tak ada tersirat kebahagiaan di wajahnya menyambut hari libur , ia selalu trelihat cemas entah apa yang di pikirkan “na …sarapan dulu papa udah nunggu di bawah” perintah mamanya yang kini berdiri di ambang pintu menyaksikan anaknya yang melamun di depan meja rias …karna tak ada respon dari Arvina wanita swparuh baya itu masuk dan menghampiri putrinya “na…kamu kenapa lagi ??? jangan bilang kamu inget sama Davin lagi , dua minggu belakangan ini kamu sudah berhasil lupain Davin,,,mama gak mau liat kamu sedihlagi” pinta mamanya menepuk pundak Arvina memberi semangat “ma …na gk tau kenapa tadi pagi selekas bangun tidur pikiran na langsuk tertuju pada Davin ,,,,dan na gak tau kenapa, na khawatir banget sama Davin” jelas Arvina pada mamanya yang hanya tersenyum manis medengar curhatn putrinya “klo memag begitu sekarang na turun sarapan dan turuti kata hati na kemanapun kata hati na, ikutin dia  mama akan selalu dukung na,,,,dari belakang”  ujar mamanya memberi semangat .Tampa piker panjang Arvina langsung bergabug bersama papa mamanya di meja makan dan 15 menit setelah ia bersiap siap ia langsug pamit dan pergii menelusuri kemana arah hatinya.
***
        Roda itu berhenti berputar tepat di depan rumah sakit “PERSADA”  Arvina bingung kenapa hatinya ingin ke sini tempat dimana dua minggu lalu ia bertemu dengan Davin untuk terakhir kalinya setelah Davin memutuskannya .Walaupun ada kebingungan di benaknya kenapa dirinya ada di sini kakinya tetap melangkah menelusuri koredor panjang yang di penuhi oleh sederetan penunggu.Langkah kakinya membawa dirinya hingga lantai dua ia berjalan seperti orang tolol yang tak tau arah sehingga ia di kagetkan oleh Bagas yang datang dari arah belakang “na…ngapain di sini??” Tanya Bagas mengagetkan Arvina “eh…ka bagas….gk tau kenapa hati na bawa na sampai ke siniaaaaaaaa” jelas Arvina masih tetap memandang lurus ke ujung koredor yang di akhiri oleh sebuah ruangan yang bertuliskan “KAMAR MAYAT” “btw ka Bagas ngapain di sini ??” “ohh…ka Bagas mau gantiin jaga soalnya kasian mama dan papa dari tadi malam di sini” Arvina hanya tersenyum simpul mendengar alasan Bagas, waktu begitu cepat hingga mreka tak sadar satu menit telah berlalu  hingga perbincangan meraka terputus akibat teriakan dari kamar no 125 “daviiiiiiiiiiiiiiiinnn…….”suara wanita paruh baya itu begitu nyaring hingga memenuhu seantero rumah sakit dan di sambut oleh suara tangisan meraug raug…tampa piker panjang Bagas langsung berlari menuju dimana asal suara itu di ikuti dengan Arvina yang tak tau apa apa tapi ikut berlari ingin tau ada apa.Tak ada lagi yang dapat di lakukan Bagas kain putih itu telah membentag menyelimuti tubuh adik semata wayangnya , kedua orang tuanya kini duduk pasrah di lantai di hujani air mata .Bagas mematung bagaikan zombie hingga tak sadar kalo Arvina kini berada di dalam ruangan itu juga …binggung kenapa orang tua Davin ada di sini dan menangisi sesosok orang yang kini terbaring kaku di atas ranjang di selimuti kain putih….Arvina bertanya tanya dalam hati siapa yang terbujur kaku tak bernyawa itu ???? tampa pikir dua kali ia langsung mendekati ranjang itu dan dengan perlahan ia membuka kain putih itu…..DDDDAARRRR….petir bagaikan menyambar tubuhnya yang kini berada di samping mayat sang kekasih yang sampai detik ajalnya ia masih menyayanginya…dunia bagaikan runtuh ….napasnya terasa terhenti …edaran darahnya terasa tersumbat oleh penderitaan yang ia alami ternyata hatinya membawanya ke sini …Arvina masih tak percaya dengan apa yang di saksikan di hadapanya kekasih yang meningalkanya selama kurang lebih 3 minggu kini akan pergi  untuk selamanya. Air mata membasahi pipi lembutnya ..tubuhnya serasa ingin ambruk berusaha menjagkau tubuh yang tak bernyawa  dan tak akan kembali lagi untuk selamanya…Arvina memeluk erat tubuh kaku yang dingin itu dengan segenap rasa kasih sayangnya lalu dua orang berpakaian putih- putih memisahkanya dari tubuh tak bernyawa itu Arvina berusaha meronta rota akan tetapi kekuatan yang ia miliki terbatas …kata- kata yang keluar dari mulut tipis Arvina hanya nama Davin dan Davin akan tetapi nama itu lenyap ketika Arvina berada dalam pelukan Bagas dan tak sadarkan diri lagi.
                                                                        ***
    Amplop berwarna biru mudaa itu kini telah berada di tanganya …seusai dari pemakaman Davin, tante Anes mama Davin menyampaikan amanat dari Davin untuk memberikan sepucuk surat buat Arvina Marista sang kekasih hati.Dengan perlahan Arvina membuka amplop biru muda itu di iringi dengan perasaan tak tau apa yang saat itu ia rasakan
         Arvina….
             Aku telah berjanji kepadamu bahwa suatu saat nanti
             Kamu akan tau …alasan kenapa aku meningalkanmu
             Hari dimana kamu membuka amplop biru muda ini telah
             Menjawap semuanya …mungkin aku begitu bodoh karna
              Melepaskan cewek secantik, sepintar,sebaik dirimu …….
              Tapi aku tak akan pernah bisa melihatmu menderita karna
              Melihat keadaanku yang kurang sehat …maaf jika selama
              Ini aku selalu menghindar darimu , karna saat itu aku
              Sedang melakukan terapi …karna virus kangker telah mengerogoti
              Otaku …aku tak ingin semua itu membebani pikiranmu ….
               Maka  dari itu lebih baik aku menjauh darimu …umurku
               Jugga tidak akan bisa menemani hidupmu untuk selamanya…
               Arvina……
                Aku minta maaf jika selama kamu bersamaku ….aku selalu
                Membuatmu  marah , kecewa, sedih menjalani hari harimu …
                Mungkin di balik semua ini ada hikmah yang lebih besar
                Buatmu …yakinlah bahwa allah telah menyediakan pengantiku
                Yang lebih baik dari aku…jagga selalu hatimu saat kau jauh
                Dari orang yang kamu sayangi……..
                                                       Davin pernandes
      Arvina duduk bersimpuh di samping kuburan yang masih basah dan memerah itu ,air matanya kini tak bisa tertahankan lagi kertas putih itu kini telah basah di hujani air mata …perlahan ia meremas kertas itu dan menjejalkan kedalam gundukan tanah kuburan  berserta tangannya …ia mendongak ke langit biru nan luas berharap suatu saat nanti ia dapat bertemu dengan Davin.
 

Titin Agustina Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting