Jumat, 27 Desember 2013

Hadiah Terindah buat Kakek - Cerpen Pertama

Diposting oleh Unknown di 16.09
Hadiah Terindah buat Kakek
oleh: Septin Agustina

            Pagi yang cerah ditemani semilir angin membuatku serasa sedang duduk di atas awan seperti film kartun DragonBall. Di pedesaan rumah nenekku memang sangat sejuk udaranya.Tapi aku jarang sekali bermain kesini,bisa dihitung jari,sudah berapa kali aku kesini.Bukan karena takut dibilang tempat refreshing kampungan atau apalah,tapi memang aku kurang suka pada keramaian.Hari ini pun aku kesini karena harus menemani mama mengantarkan kue bolu buat nenek.Sebenarnya aku sudah ada janji buat shoping dengan teman-temanku di Phassya Shoping Centre yang dibangun beberapa bulan lalu yang kebetulan pula sangat dekat dengan perkompleks-an rumahku.Nenek Saniah atau ibunya mamaku menyambutku dengan sangat girang.Maklum cucu yang paling jarang berkunjung dan mungkin cucu yang paling disayangi ke-4 dari 23 cucu-cucu beliau.Aku mencium telapak tangan nenek dan setelah basa-basi aku pergi ke belakang rumah nenek.Disana kutemui kakek sedang mencampuri dedak dengan nasi basi untuk makan bebek-bebek peliharaannya.”Assalamualaikum..kek!”kakek menoleh dan tersenyum dengan bahasa tubuh tak bisa menyambut sungkeman dariku.”Wa’alaikumsalam..apa kabar cucu kakek yang manis?”

 “Alhamdulillah…!”.Aku tumben-tumbenan bisa ngobrol dengan kakek seperti ini.Padahal yang ku tahu beliau itu orang  yang dingin dan keras kepala.Beliau menanyakan aku bagaimana di sekolah,teman-remanku dan kegiatanku,serta keluhanku tentang salah satu temanku yang egois dan cuek.Beliau berwanti-wanti kepadaku “Narnia,tak semua orang di dunia ini memiliki sifat yang baik,seperti yang kau inginkan…”aku menantikan lanjutan perkataanya sampai beliau menaruh makanan untuk bebek-bebek bau dan dekil itu.”…kita bukan Tuhan yang bisa berkehendak mengatur orang sesuai dengan keinginan kita.Jadi kau seharusnya kasihan pada temanmu yang memiliki sifat buruk,bimbing ia sampai bisa merubah sifatnya itu.”Kata-kata kakek itu terus terngiang dalam sanubariku.
 Sore ini aku pergi dengan mama ke Phassya Shopping Centre membeli peralatan mandi,serta benda-benda lainnya dalam jumlah dua kali lipat.Aku penasaran untuk apa barang-barang ini.”Ma…ini buat siapa sih,kok belinya banyak sekali,khan bisa beli lagi besok kalo’ udah rusak?”
   “Kakek dan nenekmumu mau hadirin acara wisuda kakak sepupumu di IPDN Jatinangor,jadi mama harus nyiapin barang apa aja yang harus dibawa.”mama masuk ke conter sandal lalu memilah-milih ukuran yang cocok untuk kakek dan nenek.Aku heran sekali dengan mama,mau-maunya susah-susah membelikan kakek dan nenek untuk prepare-nya ke Jatinangor.Padahal yang  ku tahu setiap kali kakek lewat depan rumah selesai nyunatan mana mau untuk sekedar mampir di rumahku padahalkan mama-lah anak terakhirnya dari almarhumah nenekku yang telah meninggal 1 tahun setelah mama di lahirkan,bahkan satu-satunya anak yang mewarisi nama kakek.Belum lagi nenekku yang selalu menomor duakan anak-anak tirinya.Namun,sejauh ini nenek menyayangi semua cucu-cucunya.”Narnia…ayo mama udah selesai belanja,kok kamu masih bengong disana?Pulang yuk..!”Huummfff….mama memotong lamunanku,aku berjalan di belakangnya,tapi seperti biasa,mama tak langsung pulang namun mampir dulu ke foodcourt kesayangan mama.Kali ini aku memesan tobbtokki makanan korea yang terbuat dari beras dan dibubuhi sambal pedas.Aku ingat saat pertama kali aku melafalkannya dengan kata”tobtoki” padahal yang benar adalah “toppoki”.Selesai acara makan-makan kami langsung pulang.
 Akhirnya,tibalah waktunya kakek,nenek dan bu’ Dhe serta pak dhe ku berangkat ke Angkasapura International Airport.Aku mendengar sedikit pembicaraan tentang bu dhe dan mama tentang planning-nya disana nanti bahwa kakek dan nenek akan dipesankan special chair di acara wisuda tersebut karena yang datang nanti juga Pak presiden yang lebih dikenal dengan nama SBY,serta sederet planning yang kurang jelas kudengar.Seminggu kemudian aku,mama, dan papa menjemput kakek nenek ke AngkasaPura International Airport.Saat kami datang disana,kulihat baru saja pesawat Garuda Airlines  yang di tumpangi kakek,nenek,pak dan bu dhe-ku landing.Kulihat dari cara berjalannya sepertinya kakeklah yang berjalan tertatih-tatih itu,yang disampingnya tak lain adalah kak Arnold yang baru saja selesai wisuda.Setelah lama berbicara di bandara,kami ke rumah bu dhe dulu.Di ruang tamu,kakek bercerita dengat semangat 45 tentang pengalaman beliau  naik kereta api,mengunjungi Blok M Square,dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah.Aku tidak bisa membayangkan kakek yang kolot dan ndeso melepas sandalnya saat masuk ke lift.Saat kakek pergi ke belakang aku ingat bahwa beliau belum bercerita tentang pengalamannya duduk di samping pak SBY.”Bu dhe,trus waktu kakek duduk di samping SBY tu gimana ceritanya?”tanyaku polos.Bu dhe menghela nafasnya.”Sebenarnya sebelum berangkat ke gedung tempat kakakmu wisuda,bu dhe lupa membawa hp lalu bu dhe kembali ke hotel.Bu dhe enggak  tau kalo’ ada yang jatuh,bu dhe pergi dengan tergesa-gesa karena acaranya hampir mulai.Waktu nyampe disana,bu dhe baru inget kalo’ kartu tamu ekslusive-nya ketinggalan di kamar.Dan…akhirnya uang 700 ribu-nya melayang.”bu  dhe mengakhiri ceritanya dengan penuh penyesalan.
Dalam mobil,kulihat kakek tertidur dengan pulasnya.Masih ku ingat saat beliau mengatakan ingin sekali bertemu dengan Pak SBY,dan berjabat tangan dengannya.Tapi,mungkin memang Tuhan memiliki rencana lain.Beliau tidak di takdirkan untuk harapannya yang satu itu.Dan mulai saat itu,aku bertekat untuk bersekolah ke IPDN agar beliau bisa duduk di samping Pak SBY jika aku wisuda nanti.Sesampainya di rumah kakek,kulihat Monkey setengah berlari ke arah kakek lalu menggonggong ke arahku.Aku terperanjat,trauma dengan kejadian saat aku kelas 1 SD dulu. Aku berlari ke arah kakek dan ia ikut berlari seakan ingin menerkamku.Dan kakeklah yang menenangkanku serta menyuruh Monkey jauh-jauh dariku.”Udah..cucu kakek yang manis gak usah nangis lagi.Monkey mungkin hanya ingin bermain…”katanya menenangkanku. Huh..aku heran kenapa kakek ngotot memberikan nama anjingnya Monkey.Padahal sudah jelas sekali kalau monkey itu bahasa inggrisnya monyet.Belum lagi nenek malah memanggilnya Senupi.”Snoopy nek yang bener”kataku.”Aah.. bukannya sama saja?”.Aku malas menjawab nenek.”Kakek lebih sreg memanggilnya Monkey.Nama yang manis bukan?”kakek melengos ke arah sangkar-sangkar burungnya.Yang lebih disayangi dari pada cucu-cucunya termasuk aku.Lamunanku terhenti saat mobil Mazda silver ini masuk ke halaman rumahku.
             Kini kakek sering sakit-sakitan,beraktivitas sedikit saja membuat sakit jantungnya kambuh.Kami semua sangat prihatin terhadap keadaan kakek yang semakin hari semakin memburuk.Kakek sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit.Namun,tak ada perkembangan.Aku cemas, hal yang tak ku inginkan akan terjadi.
 Tiga hari kemudian kakek sembuh,dan diizinkan pulang oleh dokter. Kami semua sangat senang dengan kemajuan pesat kesembuhan kakek.Kami sekeluarga mengadakan acara tasyakuran atas kesembuhan kakek.Kulihat kakek sangat enerjik mengangkat nampan berisi jajan dan minuman.”Pak,sini biar aku yang bawa.Bapak baru aja sembuh kok kerja kayak gini?”.Mama terlihat cemas.”Sudah,toh bapak buktinya tak capek kan?Mendingan kau bantu ibumu sana.”Mama hanya bisa diam.Kakek memang keras kepala,bahkan untuk kebaikannya sendiri pun masih saja keras kepala.Tapi ada yang aneh dari kakek hari ini.Wajahnya terlihat lebih bercahaya dari biasanya.Tapi aku tak menghiraukannya,mungkin baru selesai berwudhu pikirku.Setelah acara selesai kami sekeluarga berkumpul di teras rumah sambil membicarakan tentang tempat pemakaman yang baru saja di wakafkan oleh seorang pejabat.”Wah,siapa ya penghuni pertama kuburan itu?”kakek menggurau .Akhirnya setelah lama kakek masuk ke kamarnya lalu merebahkan dirinya di dipan.Kakek memanggil papa ke kamarnya.Kebetulan hanya papa menantu kakek yang menjadi dokter.Kakek mengeluh tentang sakit yang tiba-tiba di rasakan di jantungnya.”Bapak merasa badan bapak tak enak,sebaiknya kau panggilkan semuanya,Fiq!”Kami semua datang tegopoh-gopoh.Kakek menyuruh nenek duduk di sampingnya.”Kau tahu,sepertinya aku melihat Maryamah tersenyum padaku.Aku sangat merindukannya.Aku ingin sekali bertemu dengannya sekarang.” Mama dan kakak-kakaknya terisak mendengar kakek menyebut nama almarhumah nenek.”Kalian hidup yang rukun ya…kalian harus saling menjaga!”kakek menyunggingkan senyumnya lalu mengucapkan kalimat syahadat sambil menahan sakitnya.Dan akhirnya…hal yang paling ku takutkan terjadi.Kakek pergi…pergi untuk selamanya…dan tak akan mungkin kembali lagi.Aku terisak,aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi.Baru tadi pagi kami menyelenggarakan acara tasyakuran atas kesembuhan kakek.Tapi sekarang…aku melihat kakek telah terbujur kaku tak berdaya.
              Keesokan sorenya setelah di kuburkannya kakek.Aku dan semua keluarga kakek masih berdiri melihat timbunan kuburan kakek di pemakaman yang baru saja di wakafkan ini.Jasad beliau-lah penduduk pertama pemakaman ini.Inilah jawaban atas pertanyaan beliau kemarin saat kita masih bersantai di teras rumahnya.Aku termenung…secepat itukah kau pergi kakek?Lalu bagaimana dengan tekadku padamu tentang keinginanmu untuk bertemu pak SBY?Lamunanku buyar saat ku dengar suara sirine mobil polisi serta sekitar tujuh mobil mewah berhenti di depan gerbang pemakaman baru ini.Aku tak percaya dengan apa yang ku lihat,Pak SBY dengan bu Ani datang melangkah kearah pemakaman ini.Dengan dikawal oleh beberapa polisi keaman.”Assalamualaikum ?”pak SBY menyapa kami semua yang masih terkejut dengan kejadian ini.Dan ternyata beliau kebetulan  ingin mengunjungi keadaan desa penghasil kain songket terkenal ini.”Saya merasa seperti ada dorongan untuk masuk ke pemakaman yang baru ini.”jelasnya pak SBY.Oh…seandainya kau bisa melihat Pak SBY sendirilah yang mendatangi tempatmu.Lalu pak SBY ikut mendoakan kubur baru yang tak lain adalah kuburan kakek.Ini sungguh keajaiban..!Subahanallah…apa maksud Tuhan dengan semua ini..?Sungguh rahasia-Nya memang tak dapat kita tebak.Pikirku,inilah hadiah terindah dari Tuhan buat kakek.  
                                                                                                     In memoar of my grandpa,
                                                                                                   Thanks for your love,granpa….

0 komentar:

Posting Komentar

 

Titin Agustina Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting